Generasi Muda dalam Mengisi Kemerdekaan dengan Napas Kebhinnekaan

Nasional298 Views

Jakarta – Untuk menjadi sebuah negara, pemuda memegang peranan cukup besar. Termasuk dalam menetapkan ideologinya, Pancasila. Demikian halnya dalam memproklamasikan kemerdekaannya. Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan bukti nyata kesuksesan pemuda.

Lahirlah Pancasila di Indonesia merupakan lahirlah dasar hukum negara. Sementara proklamasi kemerdekaan itu sebagai wujud kesiapan untuk menerapkan dasar hukum tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tepat di 72 tahun Indonesia merdeka, peran pemuda harus tetap diperhitungkan dalam mengisi kemerdekaan. Ada banyak peran yang dapat dilakukan untuk memaknai dan mengisi kemerdekaan bagi para pemuda. Peran yang paling mudah dan terdekat adalah dengan menjadi agen perdamaian dan kesatuan dalam menjaga kebhinnekaan.

Presidium Youth Movement Institute (YMI) Nurhalim Fadli menyebutkan banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan, mulai dari upacara pengibaran bendera merah putih, peringatan proklamasi, karnaval budaya, hingga perlombaan tradisional khas 17-an dll. Namun, kata dia, bagaimana cara generasi muda masa kini untuk mengisi kemerdekaan?

“Kita harus terlibat dalam kegiatan sosial dan pelayanan masyarakat merupakan salah satu cara yang harus banyak dilakukan oleh para pemuda. Kita juga harus mendukung perkembangan produk dalam negeri, jangan bangga dengan produk luar negeri,” ujar Nurhalim.

Hal itu mengemuka saat diskusi publik bertema “Peran Generasi Muda dalam Memaknai dan Mengisi Kemerdekaan dengan Napas Kebhinnekaan” di Resto Balphus Jl. Balai Pustaka No. 4 A-B Rawamangun Jaktim, Selasa (22/8/2017).

Dalam acara tersebut turut hadir narasumber seperti Abdullah Mansuri (Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia-Ikappi), Ramdansyah Bakir (Sekjen Partai Idaman), Dwi Yanto (Ketua DPD Partai Berkarya Jaktim), Jamaludin (Tokoh & budayawan Betawi), Nurhasanudin (Tokoh Muda Jakarta), dan Andi Barus (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia – GMNI).

Diskusi yang dihadiri sekitar 150 orang dari berbagai BEM, Senat, dan mahasiswa serta media itu dipandu oleh Gusti Ayu Brenda Permata Sari dan MC Marini Amalia Nasution.

Nurhalim melanjutkan harusnya para generasi penerus bangsa bisa terus mendongkrak produk-produk dalam negeri karena kemandirian bangsa adalah wujud nyata kemerdekaan. Selain itu, kata dia, masalah pendidikan untuk mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya, diperlukan perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

“Dan terpenting adalah bisa memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia sebagai wujud untuk mengisi kemerdekaan,” ujarnya.

Sementara itu, Tokoh Muda Jakarta Nurhassanudin lebih menekankan bahwa Indonesia itu adalah diatas segalanya. Suku, budaya, agama yang berbeda dan beraneka ragam yang ada di Indonesia adalah bukti modal besar Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

“Berbeda suku, budaya, maupun agama dari Sabang sampai Merauke semuanya sepakat menjadi Indonesia,” jelasnya.

Nurhassanudin berpesan agar pemuda bisa berperan serta mengisi kemerdekaan dengan siap menjadi pemimpin yang bersentuhan langsung kepada rakyatnya. Mari berpegang teguh pada jati diri bangsa yakni kebudayaan.
“Mencintai dan melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia adalah kunci untuk menjadi jati diri kaum pemuda Indonesia. Kita tidak boleh terlena dengan masuknya pengaruh globalisasi. Kita tidak usah malu untuk menggunakan batik, berbahasa Indonesia, menggunakan pakaian tradisional, hingga memakan-makanan asli Indonesia,” bebernya.

Ditempat yang sama Tokoh dan Budayawan Betawi Jamaluddin peran generasi muda tidak lagi memandang NKRI dari suku, agama, dan Ras. Seharusnya peran generasi muda harus menjadi pelopor.

“Perbedaan bukan lagi batasan tetapi menjadi penguat dan pemersatu bagi NKRI,” ucapnya.

“Belajar mencintai dan mengetahui kebudayaan Indonesia juga merupakan kunci bertahannya kemerdekaan Indonesia dari gempuran pengaruh budaya asing yang masuk,” sebut dia.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKKAPI) Abdullah Mansyuri melanjutkan peran generasi muda bukan hanya sekedar penguatan NKRI melainkan menjaga perekonomian rakyat. Di zaman sekarang banyak generasi muda yang terlalu moderenisasi. Dia mencontohkan terlalu banyak pemuda yang gemar berbelanja di mini market dan melupakan pasar tradisional padahal dalam pasar tradisional tertanam nilai-nilai seperti gotong royong dan tawar menawar memperkuat satu sama lain.

“Ruh pemuda sudah kemoderenan dan menggilas ekonomi pasar tradisional,” kata Mansyuri.

“Kita berharap pemuda sebagai garda utama dalam mengisi kemerdekaan ambil peran ikut menjadi relawan pejuang pasar tradisional dan menghidupkan kembali perekonomian pasar tradisional,” ungkap Mansyuri.

Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Andi Barus mengingatkan bahwa sebagai generasi muda seharusnya mementingkan 3 hal, pertama melahirkan kembali semangat patriotisme. Kedua teguhkan kembali semangat patriotisme dan ketiga timbulkan kembali semangat patriotisme.

“3 hal ini sangat penting bagi generasi muda dalam mengisi kemerdekaan,” kata Andi Barus.

Dikatakan Andi Barus, hal yang paling fundamental yaitu 4 pengetahuan yang wajib diketahui oleh pemuda (Catur Logi) “Semangat nasional, kemauan nasional, konsepsi nasional, pengetahuan dan perbuatan nasional”.

“Saya pikir pemuda bukan sekedar agent of change melainkan locomotive of change,” cetusnya.

Dalam kesempatan yang sama Ketua DPD Partai Berkarya Jaktim Dwi Yanto mengutip ucapan Soekarno “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Menurut Dwi Yanto, peran pemuda Indonesia dapat dibilang mempunyai andil yang sangat besar terhadap asal-usul berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari mulai melawan penjajah hingga mencapai Indonesia merdeka yang mana peran pemuda begitu berharga.

“Pemuda Indonesia juga menjadi tonggak persatuan dan kesatuan bangsa dengan berikrar semangat “Sumpah Pemuda” untuk menyatukan berbagai kaum dan suku dari seluruh Indonesia di tanggal 28 Oktober 1928. Dan puncaknya adalah pada Agustus di tahun 1945 bersama dengan para tokoh kemerdekaan,” bebernya.

Di zaman sekarang teknologi semakin canggih, lanjut Dwi Yanto, tergantung peran generasi muda itu sendiri dalam mengisi kemerdekaan. “Sebagai generasi muda harus mulai berani dan siap memimpin itulah seharusnya peran generasi muda dalam mengisi kemerdekaan dan kebhinnekaan,” paparnya.

Sekjen Partai Idaman Ramdansyah Bakir membeberkan asal usul sejarah Indonesia dengan mengibaratkan kehidupan seseorang. “Ketika sudah mencapai puncak, apa itu artinya perjuangan telah selesai? Tidak. Seseorang masih akan terus berjuang agar bisa bertahan pada posisi tersebut,” ucap Ramdansyah.

Maka dari itu, lanjut dia, ada yang disebut dengan mengisi kemerdekaan. Mengisi kemerdekaan artinya melakukan tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk mempertahankan Negara dalam kondisi yang baik atau menjadi lebih baik. Generasi muda yang sekarang masih berstatus sebagai pelajar, masih kuliah maupun baru mendapatkan gelar sarjana harus menyadari bahwa 10 atau 20 tahun lagi Negara ada di tangan mereka.

“Negara ini adalah milik bersama. Negara ini ada untuk kita jaga bersama. Jadi mulai saat ini generasi muda sudah mempersiapkan diri untuk memikul tanggungjawab di masa depan, tentunya masa saat itu tiba semua sudah benar-benar siap untuk melaksanakan tugasnya,” tandasnya.