Sindir Djoko Santoso, Aktivis 98: Kenapa Baru Sekarang Koar-Koar, Pas Ngejabat Ngapain Aja

Politik150 Views

Jakarta – Sekjen Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Ir. Arwandi menyayangkan pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, MSi yang menyebut agar para elite bangsa ini tak terlalu banyak bicara Pancasila, tetapi kedaulatan diberikan kepada pihak lain.

Arwandi justru menilai pernyataan Djoko kerap tendensius kepada pemerintahan Jokowi sehingga menimbulkan memunculkan masalah baru di publik.

“Beliau (Djoko Santoso) ini kan mantan Jenderal, eks Panglima TNI pula. Harusnya ikut membantu pemerintah donk mensosialisasikan ideologi Pancasila yang kian tergerus,” ungkap Arwandi, hari ini.

Lebih lanjut, Arwandi pun mengaku aneh bin lucu dengan kritikan Djoko yang terus menerus menyerang pemerintah. Lantas, kata dia, selama Djoko menjabat apa yang dilakukannya terkait masalah kedaulatan.

“Selama dia menjabat dulu dipemerintahan apa yang dilakukannya. Kok setelah tidak menjabat terus berkoar-koar. Aneh bin ajaib memang. Jadi lah sosok negarawan, jangan lah berambisi,” tutur dia.

Arwandi melanjutkan kebiasaan Djoko berkoar-koar yang sudah tak menjabat di pemerintahan sebetulnya bukan kali pertama dilakukan. Dia mensinyalir ada sisi obsesinya yang ingin eksis kembali menguasai pemerintahan namun bermodal propaganda.

“Kami ingatkan jangan menyebar angin, nanti menuai badai,” sebutnya.

Menurut Arwandi, Djoko yang merupakan figur yang ternama itu seharusnya memberikan contoh dan keteladanan yang tidak menyulut perpecahan. Dia memandang ada sisi kecemasan pada diri Djoko karena sudah tidak menjabat lagi, lalu tidak bisa move on, seolah berpegang pada kejayaan masa lampau.

“Lihat saja dia sekarang cepat banget menyerang pendapat maupun kebijakan pemerintahan sekarang. Apa ada rasa tidak “selesai” ketika meninggalkan jabatannya. Harusnya dia itu bisa menikmatinya seusai masa pensiun dengan membantu pemerintah,” jelasnya.

Masih kata Arwandi, Indonesia terlalu besar untuk dipecah belah dengan cara-cara demikian. Dia mengajak untuk lebih mengutamakan kepentingan rakyat yang butuh keamanan dan pembangunan demi mencapai tujuan nasional, jangan kepentingan perutnya sendiri.

“Kita sama-sama tahu lah. Jangan hanya asumsi pribadi yang telah tertutupi oleh prasangka buruk dan kebenciannya terhadap pemerintahan Jokowi,” bebernya.

Lebih jauh, Arwandi mengingatkan bahwa politik itu adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.

“Lha ini bukan kebaikan bersama untuk kemaslahatan umat, malah jadi corong provokator yang tidak bermanfaat untuk rakyat,” tandasnya.