Menolak Lupa Sejarah Kelam PKI, Mantapkan Nilai Pancasila & Kebhinnekaan

Nasional318 Views

Jakarta – Masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan komunisme bangkit kembali di Tanah Air. Justru kekhawatiran itu mudah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menimbulkan kegaduhan dan ketidakstabilan politik.

Sebab, komunisme di dunia bahkan telah meredup dan Partai Komunis Indonesia (PKI) pun hingga kini masih merupakan partai terlarang di Indonesia. Akan tetapi ideologi tersebut diyakini masih terus berkembang biak seperti halnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah resmi dibubarkan namun ideologinya masih mengakar.

Kendati demikian, Presidium Youth Movement Institute (YMI) Adiputera menghimbau agar tidak melupakan sejarah kekejaman komunisme oleh PKI dimasa silam. Maka itu, Adiputera mengingatkan agar fenomena tersebut perlu mendapat perhatian secara serius oleh segenap elemen bangsa.

“Kita sadar betul, bahwa komunisme sebagai sebuah ajaran dengan segala
perjuangannya, akan tetap hidup dan terus menerus melakukan perubahan untuk menemukan momentum melakukan kebangkitan kembali,” kata Adiputera.

Hal itu mengemuka dalam diskusi kebangsaan bertema “Menolak Lupa !! Peran dan Sikap Generasi Muda dalam Memaknai Peristiwa Sejarah Kelam (G30SPKI) melalui Pemantapan Nilai-Nilai Pancasila dan Merawat Kebhinnekaan” di Resto Balphus Jl. Balai Pustaka No. 4 A-B Rawamangun Jaktim, Jumat (22/9).

Turut hadir juga narasumber Pemerhati Pertahanan Alumni Pasca Sarjana Universitas Pertahanan Heru Budi Wasesa, Tokoh Muda Jakarta Nurhasanudin, Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia – IKAPPI Abdullah Mansuri dan Wasekjen Golkar DR. Jerry Sambuaga.

Menurut Adiputera, kewaspadaan ini sangat penting, mengingat komunis adalah bahaya laten, yang sewaktu-waktu bisa muncul dan bangkit kembali. Dia meminta semua pihak untuk tetap waspada terhadap bangkitnya PKI di Indonesia tidak boleh dianggap mudah dan ringan.

“Generasi muda saat ini belum banyak tahu dan paham tentang PKI. Bung Karno pernah mengatakan Jas Merah jangan sekali-kali melupakan sejarah,” ujarnya.

Dia melanjutkan agar wancana-wancana mengenai nasionalisme, kebhinnekaan, maupun wawasan kebangsaan menjadi sangat penting untuk memajukan generasi muda agar lebih berkualitas dan menjadi generasi muda yang Pancasilais.

“Pemuda adalah harapan bangsa. Generasi muda perlu mengingat kejadian (G 30S PKI) agar dikemudian hari kejadian itu tak akan terulang kembali. Generasi muda harus bisa menonjolkan serta menularkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, serta menumbuhkan rasa kebhinnekaan dalam kehidupan bermasyarakat, membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik,” paparnya.

Sementara itu, Pemerhati Pertahanan Alumni Pasca Sarjana Universitas Pertahanan Heru Budi Wasesa mengaku sepakat bahwa paham komunis tak boleh ada dan berkembang kembali.

“Sebenarnya yang lebih mengkhawatirkan di zaman sekarang bukanlah komunisme melainkan banyak nya kurang pahamnya masyarakat di Indonesia dengan identitas bangsa,” ucap Heru Budi.

Heru Budi menegaskan tidak ada tempat untuk kelompok komunis, separatis dan radikal anti Pancasila. “Itu harus ditindak tegas,” kata dia.

Heru Budi berpesan agar bisa memahami jati diri bangsa Indonesia ketimbang memahami ideologi paham-paham lainnya seperti komunis.

“Fobia atau di otak bangsa Indonesia sudah mempunyai maindset bahwa NKRI landasan Pancasila bukan komunis, artinya faham komunis sampai kapan pun tidak akan bisa di terima oleh bangsa ini,” sebutnya.

Ditempat yang sama Wasekjen Partai Golkar DR. Jerry Sambuaga memastikan bahwa sudah menjadi mimpi disiang bolong jika komunis bisa tumbuh lagi di Indonesia.

“Menurut saya sulit untuk komunis tumbuh, final dan tidak akan bisa di ubah lagi ideologi kita. Komunis menurut ilmu politik itu adalah kesamarataan, saya ragu apakah Indonesia mau di sama ratakan,” ucap Jerry.

Justru kata Jerry, di Indonesia sudah berjalan sebab warga negara sudah bebas dalam berpolitik, berbicara, dll bahkan menurutnya makin kebablasan seperti di media sosial setiap orang bebas mengekspresikan dirinya.

“Disini peran pemerintah harus hadir supaya bisa menjadi payung bagi masyarakat. Koar-koar di Medsos tidak lah tepat, ruang diskusi sudah disediakan,” tuturnya.

Jerry menganggap paham komunis sangatlah berbahaya dan di zaman sekarang harus tetap waspada terhadap pada paham liberalisme, sosialisme, fasisme, bahkan hedonisme juga sangat berbahaya.

“Pancasila sudah final dan tidak bisa di ganggu gugat. Pandangan mengenai G30SPKi bisa beraneka ragam terlebih dahulu lihat sumbernya jangan langsung percaya, diskusi secara ilmiah ini harus rasional karena Indonesia adalah negara Pancasila,” katanya.

“Memahami identitas nasional, Pancasila itu hebat karena memiliki nilai-nilai dasar negara kita dan ideologi kita resapi dan pahami, perlu banyak mengenal Indonesia atau melakukan kunjungan ke luar daerah,” ujarnya.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri memandang bahwa pasar tradisional dengan G30SPKI tidak ada korelasinya namun jika dilihat tempat umum seperti pasar menjadi tempat propaganda dan provokasi. Sebab, pasar merupakan penyaluran informasi, pentingnya ekonomi Pancasila, sehingga menjadi penting budaya di pertahankan.

“Memaknai peristiwa sejarah komunikasi pasar di perkuat dari nilai-nilai Pancasila. Kembali membangkitkan dasar ekonomi kita, contoh petani kita sekarang kian susah karena mau membeli benih saja harus menghutang atau meminjam,” bebernya.

Dia menyayangkan jika berbicara banyak hal tentang sejarah tapi tidak mampu memperjuangkan sejarah, seperti hal nya masyarakat sudah tak lagi berbelanja di pasar tradisional.

Tokoh Muda Jakarta Nurhasanudin menegaskan bahwa PKI sudah lama mati namun pahamnya tidak akan mati. Karena paham merupakan hal yang tidak akan mati.

“Nah faham itu lah yang harus kita waspadai, Menurut saya apabila TAP MPR tetap berdiri tegak saya yakin tidak akan ada PKI atau paham komunisme muncul lagi,” jelasnya.

Nurhasanuddin menyarankan semua pihak agar tetap bijak menyikapi berita-berita yang sebenarnya karena banyak penggiringan opini. Yang namanya sejarah apapun itu tidak kalah pasti ada orang yang ingin memutarbalikkan fakta sejarah tersebut.

“Sejarah kelam itu kita sepakat tidak boleh terulang. Hanya satu pesan bagaimana kita melestarikan sejarah,” tandasnya.

Dalam kesempatan tersebut, ratusan mahasiswa dari berbagai BEM, Senat, OKP, LSM, dan media nampak antusias mengikuti diskusi kebangsaan yang di pandu oleh moderator Trisnawingki Kiki dan MC : Gusti Ayu Brenda Permata Sari.