Upaya Stop Rantai Radikalisme, Polri Adakan Diskusi Trilateral di Semarang

Nasional253 Views

SEMARANG – Pada bulan maret 2019 ISIS kehilangan kota Baghuz, sebuah area di Suriah Timur yang menjadi kantung pertahanan terakhir ‘kekhalifahannya’. Kekalahan telak ISIS ini bukan berarti mengakhiri pergerakan mereka dalam melakukan teror. 

ISIS masih mampu melakukan serangan mematikan di seluruh dunia, termasuk di wilayah Indoneisa, Malaysia dan Filipina. 

Kabaintelkam Polri Komjen Pol Drs. Agung Budi Maryoto, M.Si  mengatakan bahwa diskusi Trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Filipina dilaksanakan di Semarang pada Kamis (6/8/2019) dilaksanakan untuk menyikapi perkembangan dinamika kasus terorisme yang terjadi. 

“Menyikapi dinamika terorisme, khususnya di Suriah yang mana ISIS sudah kehilangan kekuasaannya dan bertransformasi dengan cara yang baru dalam melakukan indoktrinasi kepada para pengikutnya, maka hal ini harus kita cegah sama-sama dan kita antisipasi dampaknya di negara kita. Saya menyambut baik acara ini dengan harapan bisa tukar menukar informasi dan pemikiran dalam penanganan radikalise,” ungkap Komjen Pol Drs. Agung Budi Maryoto, M.Si.

Pertemuan ketiga negara tersebut mendiskusikan isu penting yang terkait dengan pencegahan radiklalisme. Negara Indonesia, Malaysia, dan Filipina mempunyai daerah perbatasan yang bisa menjadi ancaman terorisme bila tidak ditangani dengan baik. 

“Pertemuan di Semarang ini membahas kejasama dan pertukaran informasi yang berkaitan dengan radikalisme yang bisa berkembang menjadi ancaman terorime di ketiga negara,” sambung Komjen Pol Drs. Agung Budi Maryoto, M.Si.

Kerjasama pertukaran informasi tentang pencegahan radikalisme antara ketiga negara sudah berlangsung sejak lama. Pertemuan rutin selalu dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan terbaru kasus-kasus yang terkait radikalisme dan terorisme di ketiga negera. 

“Kami rutin mengadakan pertemuan untuk membahas update terbaru mengenai malasah terorisme yang terjadi di ketiga negara dan kawasan regional. Masalah radikalisme ini selalu berkembang mulai dari modus operandi para pelaku, dan juga alat yang digunakan, sehingga kita perlu terus bertukar informasi untuk tetap bisa mengantisipasi penyebaran faham ini,” pungkas Komjen Pol Drs. Agung Budi Maryoto, M.Si.